Puisi Dwi Bahasa Pilihan Terbaik Karya Pulo Lasman Simanjuntak Menutup Tahun 2024

Penyair Pulo Lasman Simanjuntak sedang memperlihatkan dua buku antologi puisi tunggal karyanya berjudul TRAUMATIK dan KALAH ATAU MENANG terbitan tahun 1997 yang telah menjadi koleksi perpustakaan sastra di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB.Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Foto : Stanley Arsenova

Jakarta, Pojok Literasi - Dalam rangka menutup akhir tahun 2024  (refleksi sastra akhir tahun-red)  Penyair Pulo Lasman Simanjuntak (63 tahun)  menurunkan dua sajak dalam format  dwi bahasa (Indonesia-Inggris).

Dua sajak pilihan terbaik sepanjang tahun 2024 ini- dari 20 sajak yang ditulis- berjudul MATA PUISI dan SAJAK TAHUN 2024 'dialihbahasakan' langsung oleh Pianis dan Komponis Ananda Sukarlan.

Seperti diketahui sebelumnya, musikus klasik Ananda Sukarlan telah mengangkat puisi Pulo Lasman Simanjuntak berjudul MENULIS PUISI UNTUK PRESIDEN-episode dua menjadi satu tembang puitik.

MATA PUISI

1//

menghitung hari-hari

nyaris buta (cemas !)

seperti puisiku yang menua

diselimuti asap kabut

dari pinggiran kota berawan


terus ku susuri menuju

rumah ibadah

untuk mukjizat kesembuhan

di atas mimbar kesucian


membawa juga tubuhmu

digerogoti ulat-ulat beracun

dari dalam tanah basah

airmata terus berdarah

2//

sebelum aku merangkul

pekabaran tiap dinihari

rajin gerak badan di tikungan jalan


mulutku yang membusuk

telah menelan rakus

ribuan potong daging haram

ratusan ikan dari selokan


bahkan sering disuguhkan minuman biang gula

dari perkebunan teh yang tumbuh liar

di sekujur tubuhku

3//

maka ku putuskan (tiba-tiba !)

mata puisi ini

harus berlari ke rumah duka

disuntik obat mata dosis tinggi


lalu jadilah aku menjelma

jadi seorang tukang sihir

yang tak mampu melihat sinar matahari berdiri

tegak tiap pagi

4//

pada malam ini

sesudah hujan dan petir bertandang di pekarangan rumah

gelap gulita

harus ku selesaikan

membaca kitab suci

dengan mata kiri

menari-nari sendiri


aku harus kuat, pesanmu

sampai nanti kita bisa bertemu lagi

di hamparan langit baru

tanpa ada lagi

tangisan membuta

atau penyakit menular

sudah dimatikan seekor ular


damailah hati ini


Jakarta, Januari 2024


SAJAK TAHUN 2024

serpihan waktu purba

dihembuskan-

dari seonggok kesepian

babak belur di sudut hati tercemar pergulatan berkepanjangan


cemas

mengerikan

mematikan, katamu dengan suara kurus kering


kemelaratan ada disetiap

ujung akhir tahun 

tak mau dicatat

dalam sajak

berabad-abad

percakapan

tak kunjung sembuh


tengoklah

roh siapa harus dibakar

api kekal

di atas kaki dian

selalu menyala

tak pernah padam


meskipun ditiup angin

musim kemarau

cuaca basah


semuanya tak kunjung selesai

sampai tutup dan buka tahun

seperti ada penghakiman liar

mengambang

dilepas semua jabatan

ditikam pisau pertempuran


biarlah

waktu terus berlari

hidup harus berserah

sampai kita tiba

di lautan kaca

dengan nama penyair

tak berbuah


Jakarta Kamis 4 Januari 2024


EYES OF THE POEM

1//

counting the days

almost blind (anxious!)

like my aging poem

covered in fog

from the cloudy outskirts of the city


I continue walking 

to the house of worship

for a miracle of healing

on the altar of holiness


bringing your body

gnawed by poisonous worms

from the wet ground

tears continue to bleed

2//

before I embrace

the messages every morning

diligently exercising on the bends of the road


my rotting mouth

has greedily swallowed

thousands of pieces of forbidden meat

hundreds of fish from the gutters


even often offered a drink of sugar syrup

from the tea plantations that grow wild

all over my body

3//

then I decided (suddenly!)

the eyes of this poem

must run to the house of mourning

injected with high doses of eye medicine


then I became

a witch

who is unable to see the sunlight standing

upright every morning

4//

tonight

after the rain and lightning came to the yard

pitch dark

i have to finish

reading the holy book

with my left eye

dancing by itself


i have to be strong, you messaged

until we can meet again

in the expanse of the new sky

without any more

blinding cries

or infectious diseases

a snake has been killed


may peace be upon this heart


Jakarta, January 2024


POEM OF THE YEAR 2024

fragments of ancient time

exhaled-

from a pile of loneliness

battered in the corner of the heart tainted by prolonged struggle


anxious

terrible

deadly, you said in a thin, dry voice


poverty is there at every

end of the year

don't want to be recorded

in poetry

centuries

conversations

never healed


look at

whose spirit should be burned

eternal fire

on the lampstand

always burning

never extinguished


despite being blown by the wind

dry season

wet weather


everything is never finished

until the year closes and opens

like there is a wild judgment

floating

released from all positions

stabbed with a battle knife


let it be

time keeps running

life must surrender

until we arrive

at the sea of ​​glass

with the name of a poet

fruitless


Jakarta Thursday, January 4, 2024.

Lebih baru Lebih lama